Ibu-ibu dan Poster Anjing, Bukti Sudah Rusaknya Mental Masyarakat
Sumber Gambar: 0fjd125gk87 / Pixabay |
TuhkanViral- Sulit dipercaya ketika melihat gambar sekelompok ibu mengecam Menteri Agama Gus Yaqut sambil membentangkan poster bergambar wajah Menag itu yang berbadan anjing. Di dekatnya digambar pula beberapa ekor anjing.
Lalu ada tulisan "Tangkap Yaqut", dan sederet kata-kata yang nadanya sangat tidak sopan, tidak beradab dan tidak berakhlak. Padahal mereka itu tampak polos dan lugu. tampil dalam busana agamis menandakan mereka itu beragama. Tetapi kok sepertinya tidak punya akhlak atau budi pekerti?
Baca Juga: Tiga Wanita Muda Disekap di Ruang Akuarium, Satu Orang Sampai Dirawat di Rumah Sakit
Fenomena ini hanya sebagian kecil dari gambaran betapa sudah rusaknya moral dan mental sebagian bangsa ini. Tapi yang membuat miris, perubahan ke arah yang tidak baik ini bukan karena masyarakat kita banyak yang suka dugem, sering ke diskotek misalnya. Bukan. Tapi karena sering mendengar ceramah agama.
Bingung? Sudahlah tentu, Tapi itulah kenyataan pahit yang harus kita alami dalam beberapa dekade terakhir ini. Era reformasi yang membebaskan penceramah-penceramah agama radikal bergentayangan menyebar pahamnya yang nyata-nyata jauh dari adab.
Baca Juga: Viral Perawat Diperkosa Mitra Driver, Ini Kata Gojek
Jika kita cermati oknum-oknum itu, tampilan mereka memang agamis. Bicara soal akhlak dan moral. Tetapi ketika sudah berada di mimbar ceramah yang dihadiri banyak orang, yang kebanyakan keluar dari mulut mereka hanya caci-maki dan hujatan pada siapa saja yang mereka tidak sukai.
Kasihan masyarakat pendengar yang jiwa dan moral mereka telah dirusak oleh oknum yang sebagian berasal dari kawasan gurun nun jauh di sana. Mereka tidak berakar di Bumi Nusantara, jadi perilaku mereka jauh atau sangat asing dengan budaya-budaya yang sejak ribuan tahun sudah tumbuh di sini.
Baca Juga: Tiga Wanita Muda Disekap di Ruang Akuarium, Satu Orang Sampai Dirawat di Rumah Sakit
Misalnya, baru saja kita digemparkan oleh oknum penceramah yang dengan enteng menganjurkan supaya wayang itu dimusnahkan saja. Dan tidak banyak warga yang notabene pewaris karya seni budaya nan adiluhung itu marah atau memprotes. Hanya segelintir pegiat budaya yang menyatakan keberatan. Lalu selesai.
Sebaliknya apabila ada orang yang mereka anggap layak disebut melecehkan agama, itu akan dipersoalkan terus-menerus. Peristiwa apapun akan dibikin ramai hingga terjadi aksi demo besar yang bisa mengganggu stabilitas. Tapi mereka tidak peduli, sebab itu kesempatan bagi mereka untuk menggiring orang yang tidak mereka sukai itu "jatuh" atau dihukum penjara.
Baca Juga: Memalukan, Pak Camat Digerebek Satpol PP Sedang Bersama Wanita Cantik
Kasus ini terjadi pada Ahok alias Basuki Tjahaja Purnama (BTP) gubernur DKI Jakarta (2014 - 2017). Ahok dituding menista agama hingga memancing aksi demo besar-besaran. Itulah yang agaknya kemudian diadopsi oleh kaum kadrun itu mereka sebagai suatu metode yang jitu untuk menjungkalkan seseorang yang tidak mereka sukai.
Metode yang sama tampak mereka mainkan dalam persidangan Muhammad Kace yang sedang bergulir di PN Ciamis Jawa Barat. Menjelang tuntutan jaksa, massa mengadakan aksi demo. Tujuannya tentu untuk mengintimidasi hukum.
Baca Juga: Admin Group Facebook Dilaporkan ke Polisi Oleh PDIP, Ternyata Begini Kronologinya
Tapi entah mengapa sidang ini berlangsung berbulan-bulan, dan bertele-tele? Bermacam saksi sudah diajukan, meski banyak yang mengaku bingung, tidak paham apa yang mereka jalani. Belum lama ini terbetik berita bahwa jaksa sudah melayangkan tuntutan 10 tahun penjara untuk Muhammad Kace.
Sementara proses persidangan terhadap Ustad Yahya Waloni yang sejak lama menghinakan agama Kristen, berlangsung hanya sebentar. Dan sejak sebulan lalu, yang bersangkutan sudah selesai menjalani hukuman, dan bebas!
Baca Juga: Ngeri Bentrok Perguruan PSHT dan IKS PI Kera Sakti, Polres Surabaya : Ini Kota Kita, Patut Dijaga
Sebenarnya kita tidak berharap tegaknya keadilan pada kasus M. Kace. Kita hanya kasihan pada majelis hakim yang tampak gagah dan mentereng saat menjalankan tugas mulianya: menegakkan keadilan sesuai dalil-dalil hukum yang mereka pelajari bertahun-tahun.
Tapi itu semua tidak bermanfaat jika akhirnya massa demo juga yang akan jadi pertimbangan vonis. Dan jika hal ini yang terjadi, lebih baik gantungkan saja jubah hakim yang membuat kalian tampak agung dan berwibawa itu. Lebih baik banting setir alih profesi yang lebih pantas untuk kalian.
Baca Juga: Kapolda Jatim Meninjau Posko DVI di RS Bhayangkara Tirta Yatra Lumajang
Tapi itulah salah satu potret suram akibat rusaknya mental masyarakat kita gara-gara "salah" dalam beragama. Masyarakat kita yang pada dasarnya lugu dan polos tetapi dihasut oleh oknum penceramah agama dengan ajaran-ajaran yang tidak sesuai dengan nilai-nilai agama itu sendiri. Agama itu mengajarkan keadilan, kedamaian dan perdamaian. Tidak ada yang lain.
Dan itu pula yang pasti merasuki sekelompok ibu-ibu yang mengecam Gus Yaqut dengan kalimat dan gambar poster yang sama sakali tidak bermoral. Aksi semacam itu malah memperihatkan bahwa mereka sama sekali tidak berakhak.
Baca Juga: Tidak Bermoral Perlakuan Ustad HW Cabuli 12 Hingga Melahirkan, Ini Reaksi MUI
Bisa saja memprotes, tetapi gunakanlah kata-kata atau gambar yang sesuai dengan adab manusia, dan agama. JIka sudah demikian apa bedanya kalian dengan gambar di poster itu?
Tapi itu salah satu indikasi bagaimana sudah rusaknya jiwa dan mental sebagian masyarakat kita. Mereka yang tampilannya polos dan lugu, tetapi kini bisa tanpa merasa bersalah memamerkan kata-kata atau kalimat yang sangat merendahkan harkat kemanusiaan.
Baca Juga: Viral di Twitter Boikot JNE, Oh Ini Penyebabnya
Akhlak dan moral mereka rusak bukan karena sehari-hari bergaul dengan preman-preman pasar. Tapi jiwa dan nurani rusak karena terpengaruh oleh ceramah-ceramah agama yang tidak benar, yang terlontar dari mulut-mulut oknum berhati durjana.
Maka jika masih ada waktu, mohon selamatkanlah jiwa dan mental bangsa ini dengan cara menyingkirkan oknum-oknum penceramah agama radikal itu dari kehidupan kita. Kembalikan akhlak Nusantara masyarakat.***